Lamat-lamat terdengar suara sirine dari jauh, tampak satu persatu orang-orang menghambur ke luar. Sebuah ambulan berhenti . Tangis orang-orang terdengar bersahutan, semakin menjadi. Nenek menghambur ke pintu ambulan dengan suara tangis yang semakin histeris.
Deg! satu tatapan dari anak lelaki jangkung berambut cepak itu berhasil menembus hingga ke jantung Ersa. Dadanya bergemuruh kencang, wajah menghangat, namun kedua tangan terasa dingin.
Sekejap duka di mata itu berganti kilatan api, saat wajahmu berpaling pada lelaki yang tengah berdiri mematung dengan wajah pucat. Dia menunduk, nampaknya kilatan api di matamu terlalu menyilaukannya.
Dini sendiri tak mengerti, entah apa yang membuat anak itu tiba-tiba mengalihkan pandangan pada dirinya. Padahal banyak anak perempuan lain yang jauh lebih cantik dan mengejar-ngejar dia. Ge er? Ah, entahlah. Yang pasti ini rasanya seperti mimpi.
Bagi Ria ini adalah hal yang sangat menggelikan, melihat seorang laki-laki menyukai warna pink, sementara Ria mengharamkan pink dalam hidupnya. Entahlah, baginya warna pink itu terlalu kemayu.
Susi lega mendengarnya. Walau bagaimana pun Jihan adalah bagian dari kisah masa lalu suaminya. Nama Jihan selalu mampu memacu jantung Susi berdebar lebih cepat.