Satu demi satu butiran itu masuk ke dalam mulut kecilnya, disesap rasa manisnya seiring laju liur yang kini berubah manis dan meluncur membelai tenggorokan. Tak sedikit pun jejak boleh tertinggal pada jemari kecil nan kurus itu, lidahnya lincah membersihkan setiap sudut jarinya dari jejak butiran manis yang mulai meleleh di tangan. Read more
Melesap, hirap, diantara partikel udara
Senak menghantar dengan lambaian
Rasa yang melahirkan asa, kini tiada
Perapuh hati tak hendak kembali
Tetes darah terhenti
Melenggang lempang tak mesti peduli
Baca juga puisi Ornamen Senja
Semburat jingga menyambut senja
Lukisan asa menghias cakrawala
Menyemai benih dalam hembusan angin
Berharap bekal cawis sudah
Saat tiba masa, lelap di peraduan
Baca juga puisi Haiku
Rintihan tangis samar-samar terdengar menerobos gendang telinga Firly, gadis itu membuka mata dan berulangkali mengerjapkannya, coba memastikan jika dirinya tidak sedang bermimpi. “Tapi siapa yang menangis? suara itu mirip suara Nenek, namun tidak mungkin nenek menangis. Selama mengenal beliau Firly tak pernah sekalipun melihat wanita itu menangis,” bisik gadis berponi itu dalam hati. Read more
“Kiri…!” teriak Ersa. Komando khas penumpang angkutan umum pada Pak sopir agar segera berhenti. Kedua kakinya bergegas menuruni angkot, menyerahkan ongkos pada sang pengemudi dan bersiap mengambil langkah seribu memburu gerbang sekolah yang beberapa menit lagi akan segera ditutup. Read more
“Bruuuuk!”
Nahas, tiba-tiba kayu jati berbentuk persegi panjang itu menghajar tubuh ringkihku. Aku terhuyung, tubuhku terjungkal, kemudian meluncur dan mendarat keras dengan posisi kepala terlebih dahulu.
Read more
Sapa mentari
Cairkan kebekuan
Asa menanti
.
Pagi yang dingin
Rindu hangat senyummu
Cinta membara
.
Mentari pagi
Lukis cita dan cinta
Alhamdulillah
.
Subuh nan sejuk
Gema kumandang adzan
Menghadap Rabbku
#HAIKU
Baca juga puisi Lelaki Cinta Pertamaku
Ayah pulang membawakan boneka baru. Tania yang sedang bermain bersama Keke, segera memburu dengan penuh suka cita. Read more
Sepi ini menyiksaku begitu keji, di hari tuaku kini, tak seorang pun di sampingku untuk menemani. Desakan air mata tak mampu lagi dibendung kelopak mata tuaku, air mata penyesalan, karena kini aku baru mengerti arti sebuah kehilangan. Read more
Dinginnya angin malam, lembut membelai wajahku. Seperti biasanya, aku duduk sendiri, berselimut sepi.
Namun ada sesuatu yang menarik bagiku belakangan ini, rombongan lelaki muda yang hampir setiap hari tertangkap pandangan tengah lari dari kenyataan hidup, dengan beramunisikan alkohol dan psikotropika. Read more
“Din, kita pulang bareng?” anak lelaki itu tiba-tiba sudah menjejeri langkah Dini.
Akhir-akhir ini memang dia terus coba menarik perhatian gadis itu. Fery, anak lelaki yang banyak digilai anak-anak perempuan di sekolah, karena wajahnya yang tampan, juga dikenal sebagai bintang basket, selain dirinya juga sangat supel, dan piawai dalam mendekati wanita. Read more